Oleh: D E P
Setiap manusia dihadapkan dengan persaan yang terkadang timbul secara tiba-tiba, baik belas kasih, cinta, ataupun rasa bersalah ketika kita melakukan kesalahan terhadap orang lain. Perasaan timbul karena adanya sebuah pandangan yang memberikan pesan tersendiri terhadap nurani, ketika melihat ada seorang kakek tua yang berjualan kue hingga larut malam menunggu dagangannya habis sebelum pulang ke rumah, sehingga akan timbul dalam perasaan belas kasih dan berniat untuk membantunya dengan cara membeli dagangan yang dijualnya. Demikian halnya dengan perasaan terhadap wanita yang kita kagumi ataupun yang kita cintai, namun yang menjadi pembeda disini, bukan karena dia seorang yang berjualan kue hingga larut malam untuk mencari nafkah, tapi disini wanita sebagai sosok normal tanpa adanya tujuan untuk terlihat diberikan belas kasih oleh orang lain. Wanita sebagai seseorang yang ingin dicintai dan juga menuntut kebahagiaan dari seseorang yang mencintainya.
Rasa sejatinya tak mampu untuk di nalar, namun kita hanya mampu menikmatinya secara tiba-tiba dengan kesadaran itu sendiri, baik dalam keadaan sedih maupun bahagia. Namun dalam teori rasional barat yang memberikan pemahaman, bahwa setiap rasa itu timbul akibat mindset kita sendiri, bagaimana kita membentuk rasa itu sebagai logika ilmiah yang mampu diuji dan mengubah atas kehendak kita. Justru itu merupakan manipulasi atas rasa sendiri, keterpaksaan atas perbuatan yang tentunya tidak didasari atas hati nurani, namun dengan pemahaman yang hanya menggunakan akal untuk membentuk perasaan sementara agar mendapatkan kebahagiaan.
Mengenal dari setiap perasaan merupakan perbuatan yang cukup sulit, apakah sifat perasa itu didasari atas nurani, atau hanya oleh akal semata. Seperti dalam hal mencintai seorang wanita, apa yang timbul dalam perasaan kita terlebih dahulu, apakah memang dari dalam hati atau hanya sebatas pandang karena kecantikannya, ataupun merasa iba karena suatu hal tertentu.
Setiap kita harus memahami rasa dalam bentuk akal dan juga nurani, agar tidak berdampak terhadap waktu selanjutnya. perasaan cinta merupakan dasar dari setiap perbuatan, seseorag bahagia melakukan pekerjaannya karena mencintainya, sehingga tidak ada rasa mengeluh dikemudian hari. effort yang terbentuk dari perasaan cinta akan selalu memberikan nilai positif terhadap diri dalam menjalankan setiap aktivitas yang dilakukannya.
Tidak sedikit orang yang tidak mampu mengenal rasa dalam dirinya sendiri, bahkan yang sangat disayangkan ketika dihadapkan kepada sebuah pilihan dalam hidupnya. Merupakan pikiran dengan tidak ada isi kosong, pandangan yang dengan tidak adanya pengertian sama dengan buta “Immanuel kant”. Jadi sifat merasa merupakan salah satu bentuk pengenalan atas diri sendiri, sejauh mana diri kita mengenal diri sendiri sehingga apa yang telah kita putuskan berdasarkan diri sendiri bukan perasaan kosong ataupun pandangan buta dari orang lain. Mencintai bukan karena belas kasih terhadap orang yang dicintainya, karena mencintai adalah, sejauh yang telah diajarkan kepadanya dan mengetahui apa yang tidak sanggup ia lakukan.
Tulis Berd Yaev “Sebuah peristiwa dalam waktu memiliki nilai sejauh ia menyatu dengan keabadian dan menghadirkan persoalan yang lahir dari waktu yang tidak lagi dapat dijabarkan, murni sebagai atom keabadian”, (Nicolai Berd Yeav, Spirit and Reality,1935).
Comments
Post a Comment