oleh : D E P
kita mungkin terpaksa mengingkari kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan, atau mungkin sampai kepada suatu kesimpulan bahwa yang kita punyai hanyalah kemungkinan-kemungkinan dan bukannya kepastian. manusia memiliki begitu banyak kelebihan sebagai makhluk hidup, diantaranya adalah metode dalam berfikir yang begitu menakjubkan, baik itu dipergunakan secara benar maupun salah. tentunya semua itu tak terlepas dari karunia tuhan shang yang atma. kehidupan tak mungkin lepas dengan yang namanya pengetahuan, dari pertama melihat dunia hingga usia renta. ketika bayi memperoleh pengetahuannya dengan ajaran orang tuanya, atau orang sekitarnya. belajar mgejah dari proses pendengaran yang sering diungkapkan orang tuanya. John Locke, penganut empirisme Britania, mengungkapkan ketika manusia itu terlahir akalnya seperti buku harian yang kosong (tabula rasa) tanpa isi sebuah tulisan apapun, dan di dalam buku itu dicatatnya pengalaman-pengalaman indrawi. berbagai aliran atau bentuk yang digunakan dalam mencari sebuah pengetahuan, diantaranya seperti Locke yang menganut paham empirisme atau pengetahuan berasal dari sebuah pengalaman indrawi, pendengaran ataupun secara batin.
tentunya saya tidak akan menjelaskan keseluruhan dari berbagai metode dalam menemukan pengetahuan. saya hanya akan berfokus dengan tema yang menjadi inti dari pembahasan ini, yaitu "pemahaman". ini berdasarkan pengalaman yang saya alami bukan berdasar karangan belaka yang disampaikan secara ilmiah dan juga rasioanal. Tidak!, "ketika dirimu semakin paham akan yang namanya sebuah pengetahuan (ilmu) maka kau akan menemui dirimu".
sudah barang tentu semua berangkat dari sebuah ketidak tahuan, ketidak tahuan menjadi tahu. setiap manusia kiranya seperti itu. tinggal bagaimana mereka memupuk rasa keingin tahuan mereka. saya sebagai seseorang yang terbilang cukup muda, yang kini ber-usia 19 menjelang selanjutnya.
sebagai seorang yang belajar setidaknya kita memiliki sebuah pengetahuan sekaligus pemahaman. dari masa ke-masa tentunya pengetahuan seseorang semakin bertambah, tidak terpungkiri, baik secara indrawi ataupun belajar dan membaca buku. lebih-lebih seseorang yang memiliki kedekatan dengan tuhannya sehingga diberikan pengetahuan yang lebih.
pengetahuan yang luas, itulah yang menjadi sebuah kebanggaan, sebuah pengetahuan seperti cakrawala dunia. rasa paham bukanlah ketika mampu menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang sulit, bukan pula caramu yang begitu memiliki kemahiran dalam mengolah sebuah kata, bukan pula hasil dari membaca begitu banyak buku-buku berjilid-jiid. pemahaman bukanlah hal yang semacam itu, pemahaman adalah ketika dirimu merasa salah dalam segala hal-hal yang kau anggap sebuah kebijaksanaan. baik perbuatan bijaksanapun itu bukan menjadi ukuran bahwa dirimu adalah orang bijak, semua hanyalah olahan kata-kata, yang kau ambil dalam buku lalu meredaksikannya untuk tujuan mengharap pujian orang lain, semua tak terlepas dari itu.
bukan adanya melarang semua itu, tetapi pahamilah dirimu sendiri ketika melakukan apa yang selaku-laku menjadi perbuatanmu. saya berfikir sekejap untuk itu semua, tentang apa yang sudah saya lakukan, ketika engkau mampu memahami ilmu maka yang tampak hanyalah keburukanmu, sekalipun dirimu tak pernah melakukan suatu kebaikan sama sekali. ini semua berdasar pengalaman saya yang kini berperan sebagai mahasiswa, yang mana ketika menyandang nama tersebut pasti banyak orang yang mengatakan bahwa mahasiswa adalah kaum rasionalis, yah tidak apa menjadi seorang rasionalis, kiranya jadilah seseorang yang rasio berdasar kesadaran bukan sekedar pikiran belaka, meskipun pikiranmu itu sudah seluas lautan.
Comments
Post a Comment