Ingin kembali
D E P
04/10/2019
Ketika masih menginjak bangku Sekolah Dasar (SD), tak luput dari yang namanya bermain setiap harinya bersama teman-teman, dari sepulang sekolah sampai-sampai menjelang sore, dan kadang-kadang kumandang adzan magrib yang mengingatkan kalau itu waktu untuk pulang, dan ketika sampai rumah pun pasti terdengar seperti suara singa yang meraung pas di samping gendang telinga, yaitu suara kemarahan sang ibu yang melihat anaknya berlumur tanah dan lupa akan waktu ketika bermain.
Hahhhh..., itu sudah menjadi hal yang biasa menurutku!. Tapi dengan kemarahan ibu yang sering diberikan, tanpa ada rasa takut satupun untuk melanggar aturan-aturan yang diucapkannya. Bukan karena membantah ataupun durhaka menentang apa yang dikatakan, namun kebersamaan bersama teman-teman yang menjadikan suatu alasan. Bercanda, mengejek, bahkan berebut satu mainanpun rela untuk kejar-kejaran. tak lain dari mereka sering mengejek, memusuhi, hanya karena sebuah perkara kecil yang akhirnya selesai dengan sendirinya.
Malam minggu adalah malam yang sepesial, kami merasa bebas tanpa adanya larangan untuk keluar malam, dan mengisinya dengan sebuah permainan yang belum usai pada siang harinya. Tanpa kenal lelah, tanpa ingat waktu, lagi-lagi ibu datang dan membawaku pulang begitupun teman-temanku lainnya. Sampai di rumah pasti kena marah, bahkan sampai dicubit dan membekas luka, tak lain anak seumuranku hanya bisa menangis di dalam kamar dengan pintu terkunci dari dalam. hingga pada akhirnya aku berfikir ingin cepat dewasa dan pergi dari kehidupan rumah sendiri. Mungkin itu buka hanya keinginanku, dan mungkin teman-temanku berfikiran hal yang sama sepertiku. Tanpa memikirkan kehidupan luar yang seperti apa, dan tanpa menimbang apa konsekuensinya. “Sungguh kehidupan kanak-kanak, yang hanya berfikir untuk kebahagiaannya sendiri”.
Seiring berjalannya waktu ketika menginjak bangku SMP, waktu bermain dengan teman sebaya menjadi berkurang karena faktor perjalanan ke sekolah yang cukup jauh, dan kita sama-sama sibuk dengan teman yang baru. Kebiasaan bermain berkurang karena alasan tak lain banyaknya tugas!, kecapekan karena menempuh perjalanan yang cukup jauh. Waktu kini sudah terjadwal, dan keluar malam pun jarang. Mungkin malam minggu yang menjadi waktu yang luang saat itu, dan ketika berkumpulpun kini sudah tak seperti dulu, karena tak ada yang dibicarakan melainkan sibuk dengan handphon baru yang dipegang. Dulunya yang tanpa memikirkan orang lain, kini malah mementingkan orang lain yang di cinta daripada temanya. Itulah cinta pertamanya dan akhir dari masa kanak-kanaknya.
Waktu begitu cepat, Akhirnya tiba waktu dari kelulusan dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, ada yang masuk SMA dan juga ada yang masuk SMK. Kala itu mungkin hanya sesaat waktu yang tersisa, kita mulai melupakan bermain, karena perjalanan ke sekolah yang berada di luar desa dan pergi pagi pulang sore, sehinga hanya lelah yang didapat. Bahkan ada yang pindah untuk pergi keluar kota dengan alasan “sekolah disana lebih berkualitas” katanya!. Menurutku juga sama saja di sini dan di sana, tinggal kita saja. Pada waktu itu tak sempat untuk pergi bersama ataupun bermain kemana, tak lain mereka hanya berbicara masalah cinta. Ya.. mungkin mereka sudah merasa dewasa, tau mana orang cantik dan seksi. Waktu SMA/SMK banyak kenangan manis, pahit bercampur aduk mewarnainya.
Lulus SMA kini melanjutkan merantau, kuliah atau kerja bingung untuk memilih diantaranya setelah lulus dari SMA. Menjengkelkan, keinginan sendiri kerja tapi orang tua menganjurkan untuk pergi kuliah, dengan dalih “waktumu masih panjang nak!”. Akupun memutuskan untuk pergi kuliah karena orang tua yang alhamdulillah masih mampu untuk membiayai. Ketika ingin masuk ke perguruan tinggi, mencoba untuk mengikuti seleksi dan ternyata semua tidak diterima. Yahhh! Mungkin ini sudah takdir tuhan. Akhirnya aku memutuskan kuliah di universitas swasta, toh sama saja kan. Dan disitulah awal dari sebuah perpisahan yang cukup besar. Jauh dari orang tua, teman-teman, bahkan seseorang yang dicinta pada masanya.
Ingin rasanya mengubah perkataan yang dulu ingin cepat menjadi dewasa kini ingin menjadi anak-anak kembali. Rasanya tidak mungkin, karena ini sudah jalan yang diberikan oleh yang kuasa. Tak bisa kita mengubah takdir!. seandainya waktu dapat diputar kembali, ingin kiranya bermain bersama teman-teman tanpa memadukan perasaan cinta kepada sesosok wanita dalam hari-harinya. Yang ada hanyalah bermain belaka, tanpa memikirkan akhir dari cahaya senja.
Curhat nih vid 😅
ReplyDeleteHahah itu masih panjang sebenarnya, cuma karena waktu jadi disingkat. Itu mengungkapkan sebuah perasaan seseorang yang memang dia ingin menentang takdir, ketika ia beranjak kuliah pergi merantau dia semakin merasakan kesendiriannya, ketidaknyamanannya, kehilangan sebagian dari hidupnya, sehingga dia berkeinginan untuk kembali pada masa kekanak-kanakannya
DeleteTeruntuk sahabatku
ReplyDelete